search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Kendaraan Listrik di Bali Naik Total Hampir 4.000 Unit, Berdampak ke ke PAD
Kamis, 8 Agustus 2024, 20:47 WITA Follow
image

bbn/ilustrasi/Kendaraan Listrik di Bali Naik Total Hampir 4.000 Unit, Berdampak ke ke PAD.

IKUTI BERITABANGLI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABANGLI.COM, BANGLI.

Pertumbuhan kendaraan listrik di Bali mengalami peningkatan cukup signifikan sejak 2021.

Menurut data Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Provinsi Bali, jumlah kendaraan listrik di Bali pada 2021 hanya 438 unit, ini terdiri dari roda dua 382 unit dan roda empat 53 unit. Lalu pada 2022 meningkat lagi menjadi 880 unit, meliputi 695 roda dua dan 185 roda empat.

Angka kepemilikan ini meningkat signifikan pada 2023 dengan catatan 3.837 kendaraan listrik, yakni 3.458 roda dua dan 379 roda empat.

"Pertumbuhan kendaraan listrik roda dua di 2023 dibandingkan tahun 2022 mencapai 397,55 persen dan untuk roda empat sebesar 104,86 persen," kata Kepala Bapenda Provinsi Bali I Made Santha di Denpasar, Rabu (7/8).

Pada tahun ini, menurut penghitungan Januari hingga 7 Agutsus 2024, terdapat penambahan kendaraan listrik 2.154 unit (1.746 roda dua dan 408 roda empat).

Total populasi kendaraan listrik di Bali saat ini sejumlah 7.752 unit, terdiri dari 6.682 roda dua dan 1.070 roda empat.

Santha menjelaskan beberapa faktor mengapa pertumbuhan kendaraan listrik di Bali pesat.

"Penyebabnya karena masyarakat Bali melihat kendaraan listrik itu lebih praktis dari sisi pemeliharaannya dan dari aspek pajak," katanya.

Walau positif, Santha mengingatkan kendaraan listrik yang semakin banyak berarti mengurangi Pendapatan Asli Daerah (PAD) lantaran kendaraan listrik mendapat insentif seperti Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) nol persen.

"Bali yang digerakkan dari sektor pariwisata, keberadaan kendaraan listrik memang menjadi harapan untuk menekan polusi udara. Tetapi ketika ditekan pendapatan daerah dengan tidak ada pajaknya, kami harapkan pemerintah pusat dapat mempertimbangkan substitusi pendapatan lainnya, misalnya dari perdagangan karbon," jelas Santha.

Kontributor paling besar untuk PAD Bali saat ini adalah PKB yang besarnya di atas Rp1,4 triliun per tahun.

"Oleh karena itu, akan sangat berdampak pengurangan pendapatan dari sisi PKB, dengan semakin banyaknya kepemilikan kendaraan listrik di Bali," katanya. (sumber: cnnindonesia.com)

Editor: Robby Patria

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabangli.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bangli.
Ikuti kami