search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Kisah Nyepi 1936 di Bali, Saat Margaret Mead dan Bateson Menembus Sunyinya Bali
Selasa, 8 April 2025, 23:35 WITA Follow
image

Ket foto ist : The Library of Congress/Antropolog, Dr. Margaret Mead mengunjungi desa Bayung Gede, Kintamani, Bangli tahun 1957. (IG @sejarah.bangli)

IKUTI BERITABANGLI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABANGLI.COM, BANGLI.

Hari raya Nyepi yang identik dengan kesunyian dan keheningan mendadak terusik oleh kejadian tak biasa. 

Dalam suasana sepi yang menyelimuti Pulau Dewata, sebuah mobil yang mengangkut bule melintas di jalanan lengang.

Kejadian ini terjadi pada Hari Nyepi tahun 1936 dan diceritakan oleh antropolog ternama, Dr. Margaret Mead.

Disadur dari akun instagram @sejarah.bangli, Selasa (8/4/2025) kala itu, masyarakat Bali menaati aturan Nyepi dengan tinggal di rumah.

Jalanan sepi hanya dijaga oleh pecalang, petugas adat yang bertugas menjaga ketertiban. Namun, ketenangan tersebut pecah ketika sebuah kendaraan terlihat melaju perlahan di tengah keheningan. 

Pecalang menghentikan kendaraan tersebut, mempertanyakan siapa dan mengapa mereka berkeliaran di hari suci umat Hindu itu.

Sopir kendaraan dengan tenang menjawab bahwa mereka bekerja untuk Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM), perusahaan pelayaran milik Belanda yang beroperasi di jalur Jawa-Bali-Sulawesi. 

KPM bukan sekadar perusahaan kapal dagang dan wisata, tapi juga pemilik Bali Hotel yang dibangun pada tahun 1928 di Jalan Veteran, Denpasar.

Mendengar nama KPM, para pecalang mundur. Mereka tak bisa berbuat apa-apa. Zaman itu, Bali masih berada di bawah kekuasaan kolonial Belanda. 

Kuasa tradisi dan budaya lokal harus mengalah pada dominasi kolonial. Mobil tersebut pun diperbolehkan melanjutkan perjalanan.

Penumpang bule dalam mobil itu adalah Margaret Mead dan suaminya, Gregory Bateson, dua antropolog Amerika yang terkenal. Kedatangan mereka ke Bali bertepatan dengan Hari Nyepi. 

Setelah tiba, keduanya langsung menuju Ubud, bertemu dengan pelukis sekaligus direktur Museum Bali kala itu, Walter Spies.

Di Ubud, Mead dan Bateson juga bertemu dengan sejumlah sarjana Barat lainnya, termasuk Beryl de Zoete, rekan Spies dalam menulis buku terkenal Dance and Drama in Bali (1937).

Penelitian Mead dan Bateson sendiri dilakukan di Bayung Gede, Bangli, dan hasilnya diterbitkan dalam buku Balinese Character: A Photographic Analysis — sebuah karya antropologi visual yang hingga kini masih menjadi rujukan penting.

Kisah Nyepi 1936 ini menjadi penanda bagaimana situasi sosial dan politik kala itu sangat mempengaruhi ruang sakral dan budaya lokal.

Di tengah kekuatan kolonial, bahkan hari tersuci di Bali pun bisa “ditembus”.

Editor: Wids

Reporter: bbn/tim



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabangli.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bangli.
Ikuti kami